Teori pendidikan menurut aliran
Empirisme
Aliran
empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung
pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak
dianggap penting.
Tokoh utama
aliran ini adalah John Lock seorang filsuf dari Inggris. Teori aliran ini
mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas
putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah
“Tabularsa” (a blank sheet of paper). Menurut aliran ini anak-anak yang lahir
ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang
polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang
dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Menurut
pandangan Empirisme (enviromentalisme), pendidikan memegang peranan penting,
sebab pendidikan menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak.
Lingkungan itu akan diterima anak sebagai sejumlah pengalaman yang telah
disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
Teori pendidikan menurut aliran
Nativisme
Tokoh utama
aliran Nativisme adalah seorang filsuf Jerman bernama Schopenhauer. Teori
aliran ini mengatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing.
Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu
perkembangan anak tergantung dari pembawaan sejak lahir dan keberhasilan
pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri.
Pendidikan yang
tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak itu sendiri. Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh
terhadap pendidikan anak. Menurut teori ini anak tumbuh dan berkembang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada maupun
lingkungan yang direkayasa orang dewasa yang disebut sebagai pendidikan. Oleh
karena itu anak akan berkembang sesuai dengan pembawaannya bukan oleh
kekuatan-kekuatan dari luar.
Teori pendidikan menurut aliran
Konvergensi
Konvergensi
artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern seorang ahli ilmu
jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai
dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut. Dengan demikian paham/ aliran
teori ini menggabungkan antara pembawaan sejak lahir dan lingkungannya yang
menyebabkan anak mendapatkan pengalaman.
William Stern
menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya pembawaan, bakat dan lingkungan itu
dengan perumpamaan dua garis yang menuju satu titik pertemuan. Oleh karena itu
teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi (memusat ke satu titik).
Teori pendidikan menurut aliran
Naturalisme
Teori
Naturalisme diungkapkan oleh seorang filsuf Prancis bernama J.J. Rousseaue.
Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang baru lahir pada hakikatnya memiliki
pembawaan baik, namun pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran
Negativisme.
“Segala sesuatu
adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek
manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam.
Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak
kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan
anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya
alamlah yang paling tepat menjadi guru.
Teori Kognitivisme
Dikembangkan
oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam kognitivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Untuk pengembangan teori ini,
Teori Konstruktivisme
Teori
konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan
berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik
belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.
Teori Humanistik
Menurut Teori
humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu`mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama
para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain
adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Teori Behaviorisme
Adalah teori
belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan.Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari teori
ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Beberapa
tokoh teori ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie dan Thorndike.
No comments:
Post a Comment