Self Fulfilling
Prophecy adalah ramalan yang terwujud sendiri, ramalan yang secara
langsung atau tidak, menyebabkan ramalan itu jadi nyata. Konsep ini juga
dikenal dengan istilah lain seperti Pygmalion effect yaitu suatu
fenomena yang mengungkapkan bahwa apa yang kita pikirkan atau harapkan agar
terjadi seringkali akan betul - betul menjadi kenyataan.
Konsep
ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari- hari kita, dan menurut
saya kita harus belajar untuk membuat sebuah ramalan yang baik untuk diri kita
sendiri agar ramalan itu berubah menjadi sebuah kenyataan yang baik pula.
Self Fulfilling Prophecy dan
seorang guru/ pendidik
Bagi seorang guru penting sekali
mempelajari Self Fulfilling Prophecy untuk menghadapi anak didiknya.
Saya jadi teringat pelatihan Matematika Gasing bersama Surya Institute sebuah
yayasan yang didirikan oleh Prof. Yohanes Surya. Prof Yo nama panggilan beliau,
selalu menekankan pada kami bahwa tidak ada satupun anak yang bodoh, yang ada
hanyalah anak-anak yang malang karena tidak mendapatkan guru terbaik. Ucapan
beliau menjadi sangat penting karena sebenarnya saat itulah kita secara tidak
sadar sedang membuat ramalan. Meramalkan bahwa misal anak yang kita didik itu
bodoh. Dan hati-hatilah dengan sebuah ramalan, karena ramalan itu akan sangat
mungkin menjadi kenyataan. Bukan ramalan itu yang benar, namun sikap kita yang
terkadang membuat pembuktian atas ramalan itu. Misal jika kita menganggap murid
yang kita ajar malas dan bodoh maka kita akan memperlakukan murid itu
seolah-olah dia malas dan bodoh, yang pada akhirnya membuat si guru mengajar
sekedarnnya dan tidak telaten menghadapi muridnya. Akibatnya si murid pun akan
merespon dengan cara tertentu yang pada akhirnya menguatkan bahwa dia bodoh dan
malas. Penting bagi seorang guru untuk memperlakukan muridnya sebagai seseorang
yang mempunyai masa depan positif dan terus memotivasi murid untuk lebih
berprestasi. Prestasi murid bukan urusan kapasitas murid, tapi urusan bagaimana
guru memperlakukan muridnya.
Self Fulfilling Prophecy dan
seorang pemimpin
Begitu pula bagi seorang pemimpin.
Pemimpin mutlak harus mempunyai Self Fulfilling Prophecy. Tugas
yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah memotivasi bawahannya.
Untuk memotivasi itu diperlukan Self Fulfilling Prophecy. Seorang pemimpin
pun harus visioner dimana dia punya tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi,
perusahaan dll. Self Fulfilling Prophecy akan membawanya menuju
harapan-harapan yang akan mewujudkan visi mereka.
Ada sebuah penelitian terhadap tiga
kelompok yang sebenarnya memiliki kualitas yang sama. Kelompok pertama,
kelompok yang leader-nya memberikan suatu ekspektasi kepada anak buahnya
bahwa mereka akan mampu mencapai kinerja sampai 120% dari yang dia targetkan.
Kelompok kedua, kelompok yang leader-nya menyatakan anak buahnya hanya
biasa-biasa saja, sehingga syukur kalau anak buahnya bisa mencapai kinerja 80%
dari yang ditargetkan. Sementara kelompok yang ketiga sering disebut dengan
kelompok control yaitu kelompok yang tidak diberikan ekspektasi apapun sehingga
bisa dikatakan akan memperoleh 100% dari yang ditargetkan. Ternyata dari hasil
penelitian tersebut, kelompok pertama memang memberikan hasil yang sangat baik,
sedangkan kelompok kedua lebih buruk dan kacau. Dari sinilah
istilah Self Fulfilling Prophecy muncul. Jika kita memberikan
optimism kepada orang lain, kinerjanya akan melebihi kapasitas biasanya.
Sementara jika kita memberikan pesimisme yang terjadi memang akan lebih buruk
dari yang seharusnya. Dan pemimpin mutlak harus bisa menerapkan Self
Fulfilling Prophecy.
Untuk menerapkan Self Fulfilling
Prophecy ini seorang pemimpin harus belajar untuk mempercayai bawahan.
Berikan tugas itu dan sampaikan bahwa ‘aku yakin kamu mampu melakukannya, dan
aku tidak salah memilih orang’. Yakinkan bahwa bawahan kita memiliki kemampuan
untuk menjalankan tersebut. Dengan demikian, bawahan kita akan secara tidak
langsung mengubah sendiri perilakunya seperti apa yang diharapkan pemimpin.
Bawahan akan berperilaku seolah membenarkan perkataan dan ramalan pemimpin
tersebut. Kuncinya adalah memanfaatkan kekuatan dari 'positive
expectation' atau pengharapan positif ini agar dapat menggali seluruh
kemampuan dan potensi bawahan kita secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang
luar biasa pula.
No comments:
Post a Comment