Pages

Saturday, 1 March 2014

Macam-Macam Tes Proyektif

Mengapa kepribadian testee tidak ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan tetapi harus di tes? Menjawabi pertanyaan tersebut terdapat tiga jawaban:
1.        Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya. 
2.        Umumnya lebih mudah menghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun tidak dengan maksud menyembunyikannya atau menipu. 
3.        Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja ia tidak mampu untuk mengemukakannya.
Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes objektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Mengapa dalam tes kepribadian individu diberikan stimulus berupa gambar tersebut? Stimulus yang disajikan sudah dapat diduga dan diklasifikasikan apa respon yang akan diberikan. Sehingga diharapkan dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.
Secara garis besar tes proyektif dibagi atas dua kelompok besar, yaitu: tes verbal dan tes non verbal.

Tes Verbal
Yang termasuk dalam tes verbal antara lain adalah: EPPS, MMPI, dan SSCT.
a.                EPPS (Edwards Personality Preference Schedule):
EPPS adalah singkatan dari Edwards Personal Preference Schedule, suatu alat inventory yang dikembangkan oleh Allen L. Edwards dari universitas washington USA. Tujuan awal dari alat ini didesain awal sebagai alat penelitian dan konseling untuk menyediakan pengukuran yang sesuai terhadap berbagai variabel independen kepribadian. Dasar penamaan variabel mengacu pada definisi kepribadian H.A. Murray.
Jadi dapat dikatakan alat EPPS merupakan alat diagnosa untuk penelitian dan konseling, namun banyak dari kita menggunakannya sebagai alat seleksi. Menggunakannya alat tersebut sebagai seleksi perlu diperhatikan secara lebih komprehensif, bukannya melihat satu variabel/aspek dengan menghilangkan variabel lain dari EPPS tersebut.
Alat ini dapat digunakan sebagai konseling yang baik pada bidang pendidikan dan pekerjaan.  Perlu diperhatikan alat ini bersifat faking yang tinggi, apalagi alat ini sudah dikenal banyak oleh kalangan umum sehingga alangkah baiknya untuk mendapatkan data, epps bukan sebagai primary sources,melainkan sebagai data pendukung dari metode lain dalam mendapatkan data, misalkan wawancara, atau integrasi dengan alat inventori lain.
Ketika skor epps mengalami konflik dengan bukti lain dari wawancara, perlu dicermati lebih jelas terhadap konstruk dari epps ini. Misalkan individu dalam wawancara terkesan sangat konformis namun memiliki skor agresi tinggi. Hal ini harus lebih diperhatikan dengan pendalaman, agresi anak tersebut mungkin tinggi namun dalam bentuk yang lebih inner attitude, sedangkan sikap yang ditampilkan dapat terkesan berbeda karena dihadapkan pada situasi formal.
Edwards sendiri menyatakan bahwa skor tersebut bukan sebagai representasi diagnosa labelling kepribadian dan penggunaan epps ini sebaiknya diberikan pada orang normal (non-klinis)

b.                MMPI (Minesota Multiphasic Personality Inventory)
MMPI (Minnesota Multifase Personality Inventory) diterbitkan pada tahun 1940 dan versi revisi kedua MMPI-2 diterbitkan pada tahun 1989. MMPI adalah tes psikometri yang paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi dewasa di dunia. MMPI-2 digunakan untuk mengukur kesehatan mental, medikal dan dan preposisi pekerjaan.
Tes MMPI adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option ya dan tidak, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kehohongan, dan sebagainya.
Perancang MMPI adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC McKinley , MD. MMPImerupakan hak cipta dari University of Minnesota. MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan. Direvisi pada tahun 1989 sebagai MMPI-2 dan versi untuk remaja dikembangkan (MMPI-A). Ada juga versi singkat (MMPI-3).

c.                 SSCT (Sack Sentence Completetion Test)
SSCT (Saks Sentence Completion Test) adalah suatu teknik proyeksi yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang dapat menampakkan diri individu dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan. Tes ini dibuat oleh Joseph M. Sacks, Sidney Levy dan beberapa psikolog lainnya dari New York Veterans Administration Mental Hygiene Service. Tes ini berbentuk kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee sehingga menjadi kalimat yang utuh (teknik proyektif: Completion task). Kalimat-kalimat tidak sempurna (incomplete sentences) dapat merangsang seseorang untuk memproyeksikan keadaan atau isi psikisnya sesuai dengan rangsang yang terdapat atau berkaitan dengan isi kalimat tersebut (aufferderungs character). Tes ini biasanya digunakan untuk orang dewasa dan bertujuan untuk mengetahui individu adjustment & struktur kepribadian. Isi kalimat-kalimat tersebut berkaitan dengan area-area masalah kepribadian yang meliputi sikap individu terhadap 4 area individual adjustment; penyesuaian dalam bidang:
·                Keluarga (serangkaian sikap terhadap ibu, ayah dan unit keluarga)
·                Seks (sikap terhadap wanita dan hubungan antar lawan jenis atau heteroseksual)
·                Hubungan antara manusia (sikap terhadap teman & kenalan, atasan atau bawahan, dan sejawat di sekolah, kantor atau di tempat kuliah)
·                Konsep diri (ketakutan, perasaan bersalah, sikap seseorang terhadap kemam-puannya, terhadap masa lalu, masa depan, cita-cita/tujuan hidup).

Tes Non Verbal
a.       Tes Roharch
Metode proyektif yang paling dikenal dan digunakan secara luas dalam melihat kepribadian seseorang adalah tes Rorschach. Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. Lima kartu berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan lima kartu lainnya memiliki warna. Kebanyakan ahli setuju bahwa tes Rorschach ini merupakan teknik psikodiagnostik yang signifikan dan sensitif. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan komponen-komponen kepribadian seseorang.
Ada tiga kategori penting dalam memberikan skor pada tes ini, yaitu lokasi yang menunjukkan pada bagian mana respon dilihat oleh klien dalam kartu, determinan yang menunjukkan bagaimana respon tersebut dilihat, dan konten yang menunjukkan apa yang dilihat klien dalam kartu.
Para psikolog ahli yang sudah berpengalaman dalam tes ini, menemukan bahwa respon yang diberikan klien, baik anak-anak maupun dewasa, mengindikasikan beberapa tipe dari gangguan kepribadian dengan karakteristik respon tertentu. Misalnya pada gangguan psikotik dan skizofrenia lainnya, ditemukan bahwa respon yang diberikan seringkali ganjil dan aneh, kualitas bentuk biasanya lemah, dan ada ketidaksesuaian antara yang dilihat klien dengan stimulus sebenarnya dalam kartu. Klien-klien ini biasanya memfokuskan seluruh perhatian mereka pada detail-detail sementara komponen-komponen utama diabaikan. Terkadang mereka juga terlalu melibatkan emosi mereka pada kartu-kartu dan mempersonalisasikan persepsi mereka dalam cara tertentu sehingga mereka tidak mampu membedakan antara diri mereka dan kartu Rorschach.
Dalam beberapa kasus diagnostik dimana terdapat gangguan psikologis seperti gangguan pikiran yang signifikan, penggunaan tes Rorschach sangat disarankan. Tidaklah sulit dalam mengadministrasi maupun menskor tes ini, namun dalam menginterpretasi dibutuhkan psikolog yang handal dan berpengalaman.

b.       TAT dan CAT
Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi, yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini seorang interpreter yang mahir dapat mengungkap dorongan-dorongan emosi, sentiment, kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.
TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis.
Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita dari beberapa kartu bergambar yang disajikan satu persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya atau examiner yang menulis cerita klien. Tugas klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat klien.
Cerita yang dibuat klien dianggap memiliki implikasi terhadap konflik atau pun masalah yang dialami klien. Interpretasi klinis yang dilakukan terfokus pada dimensi-dimensi seperti bagaimana tokoh-tokoh berinteraksi, tingkat kehangatan atau konflik dari interaksi tokoh-tokoh, impian atau cita-cita tokoh, harapan tokoh terhadap diri dan lingkungannya, dan level kematangan secara umum yang diindikasikan dari bentuk cerita. Tema-tema dari TAT dapat menggambarkan fungsi kepribadian secara luas dan bermanfaat dalam mengidentifikasi sumber utama konflik sehingga dapat ditentukan intervensi terapeutik yang sesuai. Cerita TAT pada dasarnya menggambarkan lingkungan seperti apa yang klien lihat di sekitar dirinya dan orang-orang seperti apa yang ia rasakan tinggal bersamanya di dunia ini.
Bentuk lain dari TAT adalah CAT (Children’s Apperception Test), yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A (gambar binatang).

c.       Baum Test Shondi
Psikotes “Baum Test” atau yang lebih dikenal dengan “TreeTest” adalah tes kepribadian yang dikembangkan oleh Karl Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959. Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon. Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll. Atau pohon tanpa buah. Atau pohon merambat. Atau pohon besar. Ataupun sebuah pohon dengan kriteria yang diinginkan penguji. Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari bentuk  gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya. Dalam Tes Baum tree ini, kemampuan, karakter dan kepribadian seseorang dinilai dari gambar yang dibuatnya. Sehingga tes Baum ini termasuk golongan tes kepribadian grafis.

d.       DAM/P
Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari teori machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
Pada versi goodenough testee diminta untuk menggambar 1 figur manusia dan dinilai dalam 53 aspek. Penilaian sangat sederhana, apabila aspek tersebut muncul maka diberi nilai 1, apabila tidak muncul diberi nilai 0. Nilai tersebut dikonversikan ke norma sesuai usia dan menghasilkan nilai IQ. Sementara pada revisinya oleh Harris menjadi tes Goodenough-Harris, individu diminta menggambar 3 gambar yaitu : laki-laki, perempuan dan gambar dirinya sendiri. Aspek yang dinilai direvisi menjadi berjumlah 73. Tes tersebut pun dikonversikan ke nilai normatif sesuai usia. Tes ini seringkali dipakai untuk melihat perkembangan mental anak (pada versi harris dapat pula mengukur IQ remaja dengan aspek yang ditambahkan) dan sangat mudah digunakan dibandingkan menggunakan tes Binet atau tes Weschler.
Sedangkan aliran dari teori Machover (dan tes ini seringkali dipakai di Indonesia untuk seleksi) lebih mengungkap kondisi psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover berasumsi individu menggambar orang adalah merupakan cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakangi.
Figur manusia yang digambarkan karena didasarkan dari asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu sudah seringkali menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek lain.

e.       HTP Grafis
Tes Psikologi House tree person atau juga sering disebutHTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain, yaitu mengetahui hubungan keluarga. Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit. Berikut beberapa alasan digunakannya tes HTP, yaitu:
·           Karena ketiga objek tersebut paling dikenal oleh orang
·           Hampir semua orang tak menentang diminta menggambar House Tree Person
·           Dibandingkan dengan objek lain, objek yang lebih dapat menstimulir verbalisasi yang sifatya jujur dan bebas.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tes Psikologi ini, adalah


HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkuta, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik.
Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).

f.          Ink Block Technique (Holtzman)
Holtzman Ink Blot technique yang dirancang ntuk memperbaiki kelemahan-kelemahan metodologis tes Rorschah.

g.       Grafis
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para pasiennya. Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif untuk mengungkap proyeksi dari grafis.
Dengan berbagai aliran pencabangan mengenai tes grafis ini, kami hanya akan menerangkan alur utama mengenai tes grafis dan klasifikasi dasar mengenai grafologi tersebut. Adapun tipe utama tes grafis ini adalah:
Selain pengelompokan seperti yang diatas, terdapat juga pengelompokan lainnya, antara lain pengelompokan test proyektif menurut L.K. Frank dan Linzey.
L.K. Frank (sifat respon subyek)
·                Teknik konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur, subyek diminta untuk memberi struktur. Contoh tes wartegg, tes ro, tes finger print.
·                Teknik konstruktif (membentuk) : materi belum berbentuk subyek diminta untu membentuk, dari pada teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih free exspression untuk subyek. Contoh tes mozaik.
·                Teknik interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta menginterpretasikan materi. Contoh TAT, CAT, SSCT.
·                Teknik katarti : fungsinya saat subyek merespon terjadi pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis. Contoh tes mozaik.
·                Teknik refraktif/ekspresif : subyek diminta mengekspresikan need, sentiment, dan lain-lain yang ada pada dirinya. Contoh tes grafis, tes bender gestalt, grafologi.

Menurut Linzey ( tipe jawaban subyek)
·                Teknik asosiasi : subyek diminta merespon dengan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya atas stimulus pada materi tes. Contonya tes rod an SSCT.
·                Teknik konstruksi : subyek diminta menyusun materi yang belum berbentuk menjadi suatu cerita, fokusnya hasil cerita subyek. Contoh TAT, CAT.
·                Terknik melengkapi : subek diberi materi yang belum lengkap dan diminta untuk melangkapi. Contoh SSCT.
·                Teknik mengatur : subyek diminta membuat urutan jawaban atas dasar pilihan jawaban yang ada. Contoh subtes picture arrangement pada tes WAIS.
·                Teknik ekspresif : mirip teknik konstruktif tapi materinya lebih mentah, fokusnya adalah cara subyek menyelesaikan meteri. Contoh tes finger print.

Fungsi Tes Proyektif
Tes proyektif berfungsi untuk mengungkapkan kepribadian seseorang yang diproyeksikan kedalam alat test proyeksi. Tes proyeksi mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

Syarat-syarat dan Sifat Test Proyektif
·           Stimulusnya tidak terstruktur ; memungkinkan yang subyek mempunyai alternative pilihan jawaban yang banyak.
·           Stimulusnya ambigu/kabur ; memungkinkan subyek merespon stimulus tersebut sesuai interpretasinya masing-masing.
·           Stimulusnya kurang mempunyai obyektifitas relative ; memunculkan individu diferensis dari masing-masing subyek.
·           Global Approach ; menurut kesimpulan yang luas.
Sifat dan syarat seperti diatas didasarkan pada pandangan Freud tentang dinamika kepribadian (id, ego dan superego), yang mana tes proyeksi mengungkapkan sifat yang tidak disadari atau tidak dapat diungkapkan secara wajar, pada media proyeksi. Oleh karena itu dalam tes proyektif dibutuhkan pemahaman yang kompherensif terhadap semua kerangka teori yang digunakan dan diterapkan dalam penanganan kasus tertentu. Dengan demikian, maka psikologi proyektif mempunyai pandangan tersendiri terhadap kepribadian, yang mana membantu untuk menerapkan penggunaan tes secara benar, yaitu:
·           Personality is a process, not only group of aspect: memandang kepribadian sebagai suatu proses, bukan hanya sebagai kumpulan aspek-aspek saja.
·           Personality is an interaction between internal and external factors. They always share in their development process: kepribadian adalah interaksi antara apa yang ada didalam diri individu dengan tuntutan lingkungan fisik, termasuk sosiokultural.

Allport menjelaskan kepribadian sebagai kesatuan psikofisis yang sifatnya dinamis dan mempunyai sifat yang spesifik dalam priibadi seseorang yang selanjutnya mempengaruhinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
H.A. Murray menjelaskan kepribadian sebagai suatu bentuk sistem pengaturan yang sifatnya biologis, pusat pengaturan terletak di otak. Di dalam kepribadian terdapat dua unsur penting, yaitu:
·           Need: kekuatan dalam otak yang mengatur persepsi, appersepsi serta kemampuan intelektual dan konasi, sehingga dapat merubah situasi yang tidak enak ke situasi tertentu.
·           Press: tuntutan lingkungan (faktor lingkungan) yang mempengaruhi perilaku individu.

Eksperimen dalam Psikologi Proyektif.
Dalam usaha untuk menjelaskan tentang fenomena proyeksi, maka dilakukan suatu eksperimen dengan dua langkah, yaitu:
·           Digunakan sejumlah subjek, yang mana kepada subjek tersebut ditunjukkan sejumlah kartu TAT. Subjek disini berada dalam kondisi yang terkontrol.
·           Subjek coba dikenaoi oleh hipnotis terlebih dahulu, yaitu kepada subjek diceritakan hal-hal yang mendorong kearah sifat agresinya.

Subjek menunjukkan perilaku yang nyata pada situasi post hipnotis.

Sampai pada eksperimen yang pernah dilakukan ini, tidak terdapat adanya perubahan terhadap konsep proyeksi bahwa kenyataan proyeksi adalah sebagai suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar) sentimen-sentimen yang tidak dapat diterima ego, ke dunia luar. Kemudian eksperimen tersebut dilakukan dengan variasi yang lebih luas, dimana di dalam keadaan posthypnotic subjek merasakan suatu kegembiraan yang sangat. Hal ini berarti bahwa rasa gembira tersebut juga dapat diproyeksikan ke dalam cerita-cerita pada kartu. Terjadi perubahan pandangan terhadap proyeksi,  tidak lagi didasarkan pada Defence Mechanisme, karena dalam keadaan tanpa konflik individu tetap dapat melakukan proyeksi. Proyeksi inner-perception kepada dunia luar, adalah mekanisme primitif, yang juga ikut mempengaruhi sense-perception (persepsi indera), memberikan andil besar di dalam membentuk dunia luar. Di dalam kondisi-kondisi konflik, inner-perception yang berupa proses-proses ideasional dan emosional, yang berasal dari innerworld, bersama-sama sense-perception (persepsi indera) membentuk dunia luar berupa kesan baru. Proyeksi  ke dunia luar baik primitif maupun hal yang dapat berubah bentuk ini bersifat latent, dan dapat dimunculkan kembali. Sesuatu yang bersifat laten ini disebut sebagai coexistence dari persepsi dan memorik. Merupakan eksistensi dari proses ketidaksadaran psikis yang mucul ke alam sadar.

No comments:

Post a Comment