Mengapa kepribadian testee tidak ditanyakan
langsung kepada yang bersangkutan tetapi harus di tes? Menjawabi pertanyaan
tersebut terdapat tiga jawaban:
1.
Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas ide-ide dan sikap-sikap
yang ada dalam kesadarannya.
2.
Umumnya lebih mudah menghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun tidak
dengan maksud menyembunyikannya atau menipu.
3.
Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja ia tidak
mampu untuk mengemukakannya.
Dalam tes-tes kepribadian dengan
pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak
terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes objektif yang memuat
beberapa pertanyaan berstruktur. Mengapa dalam tes kepribadian individu
diberikan stimulus berupa gambar tersebut? Stimulus yang disajikan sudah dapat
diduga dan diklasifikasikan apa respon yang akan diberikan. Sehingga diharapkan
dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan mengungkap dan
menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.
Secara garis besar tes proyektif
dibagi atas dua kelompok besar, yaitu: tes verbal dan tes non verbal.
Tes Verbal
Yang termasuk dalam tes verbal antara lain adalah:
EPPS, MMPI, dan SSCT.
a.
EPPS (Edwards Personality Preference Schedule):
EPPS adalah singkatan dari Edwards Personal
Preference Schedule, suatu alat inventory yang dikembangkan oleh Allen
L. Edwards dari universitas washington USA. Tujuan awal dari alat ini didesain
awal sebagai alat penelitian dan konseling untuk menyediakan pengukuran yang
sesuai terhadap berbagai variabel independen kepribadian. Dasar penamaan
variabel mengacu pada definisi kepribadian H.A. Murray.
Jadi dapat
dikatakan alat EPPS merupakan alat diagnosa untuk penelitian dan konseling,
namun banyak dari kita menggunakannya sebagai alat seleksi. Menggunakannya alat
tersebut sebagai seleksi perlu diperhatikan secara lebih komprehensif, bukannya
melihat satu variabel/aspek dengan menghilangkan variabel lain dari EPPS
tersebut.
Alat ini dapat
digunakan sebagai konseling yang baik pada bidang pendidikan dan pekerjaan.
Perlu diperhatikan alat ini bersifat faking yang tinggi,
apalagi alat ini sudah dikenal banyak oleh kalangan umum sehingga alangkah
baiknya untuk mendapatkan data, epps bukan sebagai primary sources,melainkan
sebagai data pendukung dari metode lain dalam mendapatkan data, misalkan
wawancara, atau integrasi dengan alat inventori lain.
Ketika skor epps
mengalami konflik dengan bukti lain dari wawancara, perlu dicermati lebih jelas
terhadap konstruk dari epps ini. Misalkan individu dalam wawancara terkesan
sangat konformis namun memiliki skor agresi tinggi. Hal ini harus lebih
diperhatikan dengan pendalaman, agresi anak tersebut mungkin tinggi namun dalam
bentuk yang lebih inner attitude, sedangkan sikap yang ditampilkan
dapat terkesan berbeda karena dihadapkan pada situasi formal.
Edwards sendiri
menyatakan bahwa skor tersebut bukan sebagai representasi diagnosa labelling kepribadian
dan penggunaan epps ini sebaiknya diberikan pada orang normal (non-klinis)
b.
MMPI (Minesota Multiphasic Personality Inventory)
MMPI (Minnesota
Multifase Personality Inventory) diterbitkan pada tahun 1940 dan versi revisi
kedua MMPI-2 diterbitkan pada tahun 1989. MMPI adalah tes psikometri yang
paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi dewasa di dunia. MMPI-2
digunakan untuk mengukur kesehatan mental, medikal dan dan preposisi pekerjaan.
Tes MMPI adalah
sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option ya dan
tidak, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama
gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan
anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kehohongan, dan sebagainya.
Perancang MMPI
adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC
McKinley , MD. MMPImerupakan hak cipta dari University of Minnesota. MMPI
dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian
yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
kejiwaan. Direvisi pada tahun 1989 sebagai MMPI-2 dan versi untuk remaja
dikembangkan (MMPI-A). Ada juga versi singkat (MMPI-3).
c.
SSCT (Sack Sentence Completetion Test)
SSCT (Saks Sentence
Completion Test) adalah suatu teknik proyeksi yang digunakan untuk mengungkap
dinamika kepribadian, yang dapat menampakkan diri individu dalam hubungan
interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan. Tes ini dibuat oleh
Joseph M. Sacks, Sidney Levy dan beberapa psikolog lainnya dari New York
Veterans Administration Mental Hygiene Service. Tes ini berbentuk
kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee sehingga
menjadi kalimat yang utuh (teknik proyektif: Completion task). Kalimat-kalimat
tidak sempurna (incomplete sentences) dapat merangsang seseorang untuk
memproyeksikan keadaan atau isi psikisnya sesuai dengan rangsang yang terdapat
atau berkaitan dengan isi kalimat tersebut (aufferderungs character). Tes ini
biasanya digunakan untuk orang dewasa dan bertujuan untuk mengetahui individu
adjustment & struktur kepribadian. Isi kalimat-kalimat tersebut berkaitan
dengan area-area masalah kepribadian yang meliputi sikap individu terhadap 4
area individual adjustment; penyesuaian dalam bidang:
·
Keluarga (serangkaian sikap terhadap ibu, ayah dan unit keluarga)
·
Seks (sikap terhadap wanita dan hubungan antar lawan jenis atau
heteroseksual)
·
Hubungan antara manusia (sikap terhadap teman & kenalan, atasan atau
bawahan, dan sejawat di sekolah, kantor atau di tempat kuliah)
·
Konsep diri (ketakutan, perasaan bersalah, sikap seseorang terhadap
kemam-puannya, terhadap masa lalu, masa depan, cita-cita/tujuan hidup).
Tes Non Verbal
a.
Tes Roharch
Metode proyektif yang paling
dikenal dan digunakan secara luas dalam melihat kepribadian seseorang adalah
tes Rorschach. Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk
ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. Lima kartu berwarna
hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan lima kartu lainnya memiliki
warna. Kebanyakan ahli setuju bahwa tes Rorschach ini merupakan teknik
psikodiagnostik yang signifikan dan sensitif. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi
yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan
komponen-komponen kepribadian seseorang.
Ada tiga kategori penting dalam
memberikan skor pada tes ini, yaitu lokasi yang menunjukkan pada bagian mana
respon dilihat oleh klien dalam kartu, determinan yang menunjukkan bagaimana
respon tersebut dilihat, dan konten yang menunjukkan apa yang dilihat klien
dalam kartu.
Para psikolog ahli yang sudah
berpengalaman dalam tes ini, menemukan bahwa respon yang diberikan klien, baik
anak-anak maupun dewasa, mengindikasikan beberapa tipe dari gangguan
kepribadian dengan karakteristik respon tertentu. Misalnya pada gangguan
psikotik dan skizofrenia lainnya, ditemukan bahwa respon yang diberikan
seringkali ganjil dan aneh, kualitas bentuk biasanya lemah, dan ada ketidaksesuaian
antara yang dilihat klien dengan stimulus sebenarnya dalam kartu. Klien-klien
ini biasanya memfokuskan seluruh perhatian mereka pada detail-detail sementara
komponen-komponen utama diabaikan. Terkadang mereka juga terlalu melibatkan
emosi mereka pada kartu-kartu dan mempersonalisasikan persepsi mereka dalam
cara tertentu sehingga mereka tidak mampu membedakan antara diri mereka dan
kartu Rorschach.
Dalam beberapa kasus diagnostik
dimana terdapat gangguan psikologis seperti gangguan pikiran yang signifikan,
penggunaan tes Rorschach sangat disarankan. Tidaklah sulit dalam
mengadministrasi maupun menskor tes ini, namun dalam menginterpretasi
dibutuhkan psikolog yang handal dan berpengalaman.
b.
TAT dan CAT
Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah
suatu teknik proyeksi, yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian,
yang menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau
interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini seorang
interpreter yang mahir dapat mengungkap dorongan-dorongan emosi, sentiment,
kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.
TAT adalah yang dikenal sebagai
teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif
berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari
gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang
dramatis.
Dalam tes ini, klien
diminta membuat cerita dari beberapa kartu bergambar yang disajikan satu
persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya atau examiner yang menulis
cerita klien. Tugas klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini,
sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang
ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat klien.
Cerita yang dibuat
klien dianggap memiliki implikasi terhadap konflik atau pun masalah yang
dialami klien. Interpretasi klinis yang dilakukan terfokus pada dimensi-dimensi
seperti bagaimana tokoh-tokoh berinteraksi, tingkat kehangatan atau konflik
dari interaksi tokoh-tokoh, impian atau cita-cita tokoh, harapan tokoh terhadap
diri dan lingkungannya, dan level kematangan secara umum yang diindikasikan
dari bentuk cerita. Tema-tema dari
TAT dapat menggambarkan fungsi kepribadian secara luas dan bermanfaat dalam
mengidentifikasi sumber utama konflik sehingga dapat ditentukan intervensi
terapeutik yang sesuai. Cerita TAT pada dasarnya menggambarkan lingkungan
seperti apa yang klien lihat di sekitar dirinya dan orang-orang seperti apa
yang ia rasakan tinggal bersamanya
di dunia ini.
Bentuk lain dari TAT adalah CAT
(Children’s Apperception Test), yang digunakan untuk anak-anak.
CAT menampilkan sepuluh gambar binatang dalam konteks sosial manusia seperti
memainkan game atau tidur di tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal
sebagai CAT atau CAT-A (gambar binatang).
c.
Baum Test Shondi
Psikotes “Baum Test”
atau yang lebih dikenal dengan “TreeTest” adalah tes kepribadian yang
dikembangkan oleh Karl Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada
tahun 1959. Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon.
Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar
pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll. Atau pohon tanpa buah.
Atau pohon merambat. Atau pohon besar. Ataupun sebuah pohon dengan kriteria
yang diinginkan penguji. Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan
kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar,
kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.
Dalam Tes Baum tree ini, kemampuan, karakter dan kepribadian seseorang dinilai
dari gambar yang dibuatnya. Sehingga tes Baum ini termasuk golongan tes
kepribadian grafis.
d.
DAM/P
Ada dua jenis utama
tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari
teori machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar
bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah
menggambar atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu
melakukan coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan
intelektual.
Pada versi goodenough
testee diminta untuk menggambar 1 figur manusia dan dinilai dalam 53 aspek.
Penilaian sangat sederhana, apabila aspek tersebut muncul maka diberi nilai 1,
apabila tidak muncul diberi nilai 0. Nilai tersebut dikonversikan ke norma
sesuai usia dan menghasilkan nilai IQ. Sementara pada revisinya oleh Harris
menjadi tes Goodenough-Harris, individu diminta menggambar 3 gambar yaitu :
laki-laki, perempuan dan gambar dirinya sendiri. Aspek yang dinilai direvisi
menjadi berjumlah 73. Tes tersebut pun dikonversikan ke nilai normatif sesuai
usia. Tes ini seringkali dipakai untuk melihat perkembangan mental anak (pada
versi harris dapat pula mengukur IQ remaja dengan aspek yang ditambahkan) dan
sangat mudah digunakan dibandingkan menggunakan tes Binet atau tes Weschler.
Sedangkan aliran dari
teori Machover (dan tes ini seringkali dipakai di Indonesia untuk seleksi)
lebih mengungkap kondisi psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover
berasumsi individu menggambar orang adalah merupakan cerminan atau persepsi
diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakangi.
Figur manusia yang
digambarkan karena didasarkan dari asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari
suatu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu sudah seringkali
menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek lain.
e.
HTP Grafis
Tes Psikologi House tree
person atau juga sering disebutHTP merupakan salah satu tes grafis
yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain, yaitu mengetahui hubungan
keluarga. Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk
mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes
Psikologi HTP normalnya selama 10 menit. Berikut beberapa alasan
digunakannya tes HTP, yaitu:
·
Karena ketiga objek tersebut paling dikenal oleh orang
·
Hampir semua orang tak menentang diminta menggambar
House Tree Person
·
Dibandingkan dengan objek lain, objek yang lebih dapat
menstimulir verbalisasi yang sifatya jujur dan bebas.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam tes Psikologi ini, adalah
HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan
yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi
individu yang bersangkuta, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi
dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik.
Menurut John Duck, HTP digunakan
untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment.
Baik HTP ataupun tes grafis lainnya dapat disertai dengan warna dan
interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya penggunaan warna
terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu
(terhadap ruang dan daya abstraksi).
f.
Ink Block Technique (Holtzman)
Holtzman Ink Blot technique yang dirancang ntuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan metodologis tes Rorschah.
g.
Grafis
Tes grafis adalah
bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada
abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai
aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan
coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad
ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan
mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para
pasiennya. Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough,
Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya
terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif
untuk mengungkap proyeksi dari grafis.
Dengan berbagai
aliran pencabangan mengenai tes grafis ini, kami hanya akan menerangkan alur
utama mengenai tes grafis dan klasifikasi dasar mengenai grafologi tersebut.
Adapun tipe utama tes grafis ini adalah:
Selain pengelompokan seperti yang diatas, terdapat
juga pengelompokan lainnya, antara lain pengelompokan test proyektif menurut
L.K. Frank dan Linzey.
L.K. Frank (sifat respon subyek)
·
Teknik konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur, subyek
diminta untuk memberi struktur. Contoh tes wartegg, tes ro, tes finger print.
·
Teknik konstruktif (membentuk) : materi belum berbentuk subyek diminta untu
membentuk, dari pada teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih free
exspression untuk subyek. Contoh tes mozaik.
·
Teknik interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta
menginterpretasikan materi. Contoh TAT, CAT, SSCT.
·
Teknik katarti : fungsinya saat subyek merespon terjadi
pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis. Contoh tes mozaik.
·
Teknik refraktif/ekspresif : subyek diminta mengekspresikan need, sentiment,
dan lain-lain yang ada pada dirinya. Contoh tes grafis, tes bender gestalt,
grafologi.
Menurut Linzey ( tipe jawaban subyek)
·
Teknik asosiasi : subyek diminta merespon dengan apa yang pertama kali
muncul dalam pikirannya atas stimulus pada materi tes. Contonya tes rod an
SSCT.
·
Teknik konstruksi : subyek diminta menyusun materi yang belum berbentuk
menjadi suatu cerita, fokusnya hasil cerita subyek. Contoh TAT, CAT.
·
Terknik melengkapi : subek diberi materi yang belum lengkap dan diminta
untuk melangkapi. Contoh SSCT.
·
Teknik mengatur : subyek diminta membuat urutan jawaban atas dasar pilihan
jawaban yang ada. Contoh subtes picture arrangement pada tes WAIS.
·
Teknik ekspresif : mirip teknik konstruktif tapi materinya lebih mentah,
fokusnya adalah cara subyek menyelesaikan meteri. Contoh tes finger print.
Fungsi Tes Proyektif
Tes proyektif berfungsi untuk mengungkapkan
kepribadian seseorang yang diproyeksikan kedalam alat test proyeksi. Tes proyeksi mengungkap keadaan psikologi bawah sadar
manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini
diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes
proyeksi.
Syarat-syarat dan Sifat Test Proyektif
·
Stimulusnya tidak terstruktur ; memungkinkan yang subyek mempunyai
alternative pilihan jawaban yang banyak.
·
Stimulusnya ambigu/kabur ; memungkinkan subyek merespon stimulus tersebut
sesuai interpretasinya masing-masing.
·
Stimulusnya kurang mempunyai obyektifitas relative ; memunculkan individu
diferensis dari masing-masing subyek.
·
Global Approach ; menurut kesimpulan yang luas.
Sifat dan syarat seperti diatas didasarkan pada
pandangan Freud tentang dinamika kepribadian (id, ego dan superego), yang mana
tes proyeksi mengungkapkan sifat yang tidak disadari atau tidak dapat
diungkapkan secara wajar, pada media proyeksi. Oleh karena itu dalam tes
proyektif dibutuhkan pemahaman yang kompherensif terhadap semua kerangka teori
yang digunakan dan diterapkan dalam penanganan kasus tertentu. Dengan demikian,
maka psikologi proyektif mempunyai pandangan tersendiri terhadap kepribadian,
yang mana membantu untuk menerapkan penggunaan tes secara benar, yaitu:
·
Personality is a process, not only group of aspect: memandang kepribadian
sebagai suatu proses, bukan hanya sebagai kumpulan aspek-aspek saja.
·
Personality is an interaction between internal and external factors. They
always share in their development process: kepribadian adalah
interaksi antara apa yang ada didalam diri individu dengan tuntutan lingkungan
fisik, termasuk sosiokultural.
Allport menjelaskan kepribadian sebagai kesatuan
psikofisis yang sifatnya dinamis dan mempunyai sifat yang spesifik dalam
priibadi seseorang yang selanjutnya mempengaruhinya dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
H.A. Murray menjelaskan kepribadian sebagai suatu
bentuk sistem pengaturan yang sifatnya biologis, pusat pengaturan terletak di
otak. Di dalam kepribadian terdapat dua unsur penting, yaitu:
·
Need: kekuatan dalam otak yang mengatur persepsi, appersepsi serta
kemampuan intelektual dan konasi, sehingga dapat merubah situasi yang tidak
enak ke situasi tertentu.
·
Press: tuntutan lingkungan (faktor lingkungan) yang mempengaruhi perilaku
individu.
Eksperimen dalam
Psikologi Proyektif.
Dalam usaha untuk menjelaskan tentang fenomena
proyeksi, maka dilakukan suatu eksperimen dengan dua langkah, yaitu:
·
Digunakan sejumlah subjek, yang mana kepada subjek tersebut ditunjukkan
sejumlah kartu TAT. Subjek disini berada dalam kondisi yang terkontrol.
·
Subjek coba dikenaoi oleh hipnotis terlebih dahulu, yaitu kepada subjek
diceritakan hal-hal yang mendorong kearah sifat agresinya.
Subjek menunjukkan perilaku yang nyata pada situasi post hipnotis.
Sampai pada eksperimen yang pernah dilakukan ini,
tidak terdapat adanya perubahan terhadap konsep proyeksi bahwa kenyataan
proyeksi adalah sebagai suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar)
sentimen-sentimen yang tidak dapat diterima ego, ke dunia luar. Kemudian
eksperimen tersebut dilakukan dengan variasi yang lebih luas, dimana di dalam
keadaan posthypnotic subjek merasakan suatu kegembiraan yang
sangat. Hal ini berarti bahwa rasa gembira tersebut juga dapat diproyeksikan ke
dalam cerita-cerita pada kartu. Terjadi perubahan pandangan terhadap
proyeksi, tidak lagi didasarkan pada Defence Mechanisme, karena
dalam keadaan tanpa konflik individu tetap dapat melakukan
proyeksi. Proyeksi inner-perception kepada dunia luar,
adalah mekanisme primitif, yang juga ikut mempengaruhi sense-perception (persepsi
indera), memberikan andil besar di dalam membentuk dunia luar. Di dalam
kondisi-kondisi konflik, inner-perception yang berupa
proses-proses ideasional dan emosional, yang berasal dari innerworld, bersama-sama sense-perception (persepsi
indera) membentuk dunia luar berupa kesan baru. Proyeksi ke
dunia luar baik primitif maupun hal yang dapat berubah bentuk ini
bersifat latent, dan dapat dimunculkan
kembali. Sesuatu yang bersifat laten ini disebut
sebagai coexistence dari persepsi dan memorik. Merupakan
eksistensi dari proses ketidaksadaran psikis yang mucul ke alam sadar.
No comments:
Post a Comment